Selasa, 18 Mei 2010

MASALAH MALARIA ; MASALAH KITA SEMUA

dr. Hj. Evawaty, M. Kes
PNS di Majene



I. PENDAHULUAN


Tulisan ini- sejatinya diilhami oleh pemberitaan pada salah satu page radar sulbar beberapa waktu yang lampau- yang mewartakan kasus malaria yang terjadi di salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat- sehingga menginspirasi penulis untuk mencoba memberikan sedikit kontribusi pikiran mengenai upaya mengantisipasi, mengurangi dan menyikapi penyebaran salah penyakit yang masuk kategori penyakit menular ini. Meminjam istilah Sri Hudyastuti- Staf ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan saat membuka Lokakarya Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup di Mataram beberapa waktu yang lalu- antara lain menegaskan bahwa : .....pada hakikatnya malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi pola kesakitan dan kematian di Indonesia –yang mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Sebagai salah satu rumpun penyakit reemerging atau yang biasa diistilahkan sebagai penyakit yang dapat menular kembali secara missal- membuat penyakit malaria hingga saat ini masih menjadi ancamam serius bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis dan subtropis, dimana pada kawasan tersebut- malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa. Dari data yang dimiliki oleh Kementrian Kesehatan, terdapat sekitar 500 juta penduduk dunia terinfeksi penyakit malaria- dari jumlah tersebut lebih dari satu juta orang meninggal dunia. Apabila kita telusuri lebih lanjut, maka ditemukan bahwa kasus terbanyak menimpa masyarakat di Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa Negara bagian Eropa- serta beberapa negara Asia tidak terkecuali Indonesia.

II. BAGAIMANA KONDISI PENYEBARANNYA DI INDONESIA

Seperti diuraikan di atas, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih sangat rentan dan berisiko tinggi terhadap malaria. Dari data yang ada pada Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Kementrian Kesehatan- tercatat hingga tahun 2009 sekitar 80% kabupaten/ kota di Indonesia masih termasuk kategori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Pada tahun 2009 yang lalu- jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 1.143.024 orang menderita penyakit malaria- yang menurut perhitungan ahli ekonomi kesehatan, dari jumlah kasus tersebut- cenderung dapat menimbulkan kerugian ekonomi mencapai Rp. 3,3 triliun, nilai itu diasumsikan bahwa dari jumlah penderita malaria tersebut – menderita kerugian karena tidak dapat bekerja selama satu minggu serta mengeluarkan biaya pengobatan. Nilai dimaksud- belum termasuk biaya sosial yang terpaksa diterima, seperti : menurunnya tingkat kecerdasan anak maupun dapat mempengaruhi menurunnya kualitas sumber daya manusia yang bermuara dan berdampak pada penurunan produktivitas. Bagaimana kondisi pada tataran lokal ? dalam beberapa bulan terakhir di provinsi Sulbar ini, ternyata merupakan salah satu wilayah yang belum terbebas sepenuhnya dari penyakit malaria- bahkan disinyalir terjadi peningkatan kasus sampai pada kisaran 27% seiring dengan masuknya musim hujan, disamping beberapa faktor pemicu lainnya- antara lain : mobilitas penduduk yang tinggi, kondisi alam yang memungkinkan banyaknya tempat-tempat perindukan nyamuk seperti hutan, lagun disepanjang pantai dan tambak yang terlantar.

III. MENGENAL SELUK BELUK PENYAKITA MALARIA

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium. Dalam kasus penyebaran penyakit malaria, kita seringkali melupakan akar masalah mengapa penyakit tersebut bisa tersebar dan menelan korban jiwa dan serta cenderung menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB ). Sejauh ini- penyelesaian masalah atau solusi yang umum dilaksanakan masih berkutat pada bagaimana mengobati orang yang sakit malaria ataupun mengupayakan memberantas nyamuk sebagai vektor bagi penyebaran parasit plasmodium yang menyebabkan tubuh seseorang menjadi sakit. Sehingga, meski dalam satu kasus program pemberantasan penyakit malaria dianggap sukses- namun beberapa waktu kemudian ketika semua orang mulai lengah- kehadiran penyakit itu malah muncul kembali justeru dengan ancaman yang lebih besar. Oleh karena itu, berkaitan dengan penyebaran malaria ini, paling tidak ada tiga faktor utama yang mesti mendapat atensi bersama dan saling berhubungan satu sama lain yaitu host ( manusia/nyamuk ), agent ( parasit plasmodium ) dan environment ( lingkungan ) sehingga penyebaran malaria potensial terjadi apabila ketiga komponen tersebut saling mendukung. Sebagai ilustrasi : pada aspek host intermediate- manusia bisa terinfeksi oleh agent dan merupakan tempat berkembang biaknya agent. Secara teoritik- kecenderungan orang terinfeksi penyakit malaria ini- dapat melalui media, sebagai berikut : usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, gaya dan cara hidup, hereditas ( keturunan ), status gizi dan tingkat imunitas. Media penyaluran infeksi tersebut di atas- sekiranya dirunut secara sederhana akan mempengaruhi sebagai berikut : menyangkut usia, anak-anak merupakan kelompok paling rentan terkena infeksi parasit malaria dan meski tidak mengenal perbedaan jenis kelamin, infeksi pada ibu yang sedang hamil menyebabkan anemia berat- beberapa ras manusia atau kelompok penduduk memiliki kekebalan alamiah terhadap malaria, orang yang pernah terinfeksi sebelumnya lebih tahan terhadap infeksi malaria. Demikian pula dengan cara hidup, berpengaruh terhadap penularan- misalnya tidur dengan kelambu relatif lebih aman dari infeksi parasit. Sementara itu, pada aspek sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria erat berhubungan dengan infeksi malaria, meski biasanya memiliki imunitas alami sehingga lebih tahan. Sedangkan orang dengan status gizi rendah juga bisa lebih rentan terkena infeksi parasit dibandingkan orang berstatus gizi baik. Sedangkan faktor lingkungan yang cukup memberi pengaruh antara lain lingkungan fisik seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar matahari, arus air, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi ( flora dan fauna ) dan lingkungan sosial budaya. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari. Pada aspek lingkungan sosial budaya dinilai punya peran luar biasa besarnya dalam penularan penyakit malaria- kebiasaan buruk sebagian masyarakat kita untuk berada di luar rumah sampai larut malam akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk.

IV. BAGAIMANA UPAYA PENANGGULANGAN MALARIA ?

Sebagaimana yang terdapat dalam buku pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Kementrian Kesehatan, 2009- antara lain disebutkan : dalam rangka mengupayakan untuk menekan angka kesakitan dan kematian- dapat dilakukan dengan memutuskan mata rantai penularan pada salah satu/ lebih mata rantai dengan cara sebagai berikut : 1. Memberantas vektor ( nyamuk penular malaria ) Upaya pengendalian vektor ini- sangat ditentukan oleh seberapa besar kepedulian dan peranserta masyarakat dalam menata lingkungannya secara kolaboratif dengan upaya penyuluhan berkesinambungan untuk merubah perilaku masyarakat dalam pemberantasan malaria, dengan melibatkan : PKK Desa/ Kelurahan , tokoh masyarakat, tokoh agama dan guru sekolah serta seluruh stakeholders yang berkepentingan- dengan kegiatan utama, antara lain : mengalirkan genangan air, membersihkan semak- semak belukar di sekitar rumah, program kandangisasi ternak yang dekat dengan lagun dan menempatkannya dekat tempat perindukan nyamuk, menyemprot dengan obat nyamuk, tidak tidur diluar kamar/ rumah kecuali memakai obat nyamuk/ kelambu, teratur minum obat sesuai petunjuk medis, melestarikan hutan bakau disepanjang pantai, merawat tambak dan membersihkan lumut dipertambakkan atau lagun secara teratur. 2. Menemukan dan mengobati penderita malaria. Pada aspek ini- kewaspadaan dini dalam upaya pencarian penderita oleh masyarakat perlu ditingkatkan terus : misalnya mencari warga pendatang yang berasal dari daerah endemis ke pusat-pusat layanan kesehatan, penderita malaria berat, penderita tidak sembuh ke fasilitas kesehatan terdekat dan mengadakan pengamatan secara dini terhadap keadaan yang potensial terjadinya kejadian luar biasa KLB.

V. PENUTUP

Upaya penanggulangan malaria sejatinya merupakan aktivitas yang komprehensif dengan mengutamakan aspek promotif- preventif dan kuratif secara bersinergi, dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah bterjadinya kejadian luar biasa. Untuk mewujudkan kondisi tersebut serta mengupayakan cakupan hasil yang optimal- maka upaya preventif dan kuratif tersebut seharusnya sudah saatnya dilakukan dengan berkualitas dan terintegrasi secara kolaboratif dengan program lainnya- terutama yang tidak kalah pentingnya adalah merubah stigma diranah kesehatan selama ini- yang masih cenderung membenarkan kebiasaan menjadi membiasakan kebenaran dalam berpikir sehat, perilaku sehat dan hidup sehat pada masyarakat secara umum tidak terkecuali dan terutama dengan orang kesehatan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar